on Sabtu, 21 Desember 2013
RAMBU - RAMBU TUHAN
By : Khusnul Abid
Science Communication

Satu kehangatan cinta ketika seorang manusia mampu mengelola apa yang sudah di tuliskan oleh Tuhannya untuk dijalankan. Janji-janji Tuhannya pasti akan bermuara padanya. Dinamika hari menyatakan bahwa banya sekali yang melanggar aturan main dari Tuhannya, singaktnya, ketika seorang hamba diperintahkan oleh Tuhannya memakan barang haram tetap saja hal itu dilakukan. Kalau bahasa sederhanya ialah mencuri. Namun ada sedikit guyonan, Bisakah kita mencuri hati Tuhan? Ungkapan seperti ini jangan langsung ditela'ah secara mentah dan pragmatis. Pada dasarnya manusia disuruh untuk mengabdikan jiwa dan raganya untuk Tuhannya. Namun seberapa besar pengabdian kita terhadap Tuhan kita. Mampukah kita mengaplikasikan seluruh hidup ini di jalannya, itulah PR terbesar kita.
Rambu-rambu Tuhan biasa dikenal dengan Syari'at, artinya untuk menjalankan suatu program kerja kehidupan pastinya tidak akan terlepas dari campur tangan Tuhan.
on Rabu, 11 Desember 2013
200230016

 "Kapitalisme Indonesia di Era Orde baru"

Oleh : Khusnul Abid
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi
Univ. Tribhuwana Tunggadewi Malang

Gerakan untuk mengubah bangsa Indonesia menjadi lebih baik adalah salah satu langkah konkret pada hari ini. Sebab dalam analisis pada realita sekarang menyatakan bahwa keterpurukan Indonesia pada saat ini adalah sangat luar biasa dahsyatnya. Negeri yang dianugerahi kekayaan yang berlimpah dan sangat subur ini seharusnya menjadikan alam ekonomi Indonesia semakin subur dan berkembang, namun kenyataannya hal itu dirasa sangat jauh sekali. Coba kita flasback sebentar dan mengaca kepada awal revolusi Indonesia dulu, tentang genggap gempita presiden Soekarno dan pejuang-pejuang lainnya dalam memperjuangkan negara Indonesia untuk merdeka.
Pada awal masa Orde Lama Bung Karno sangat mendorong tentang kemandirian bangsa Indonesia ini. Diantaranya Bung Karno menolak kerjasama dengan Bank dunia dan IMF. Namun dalam perspektif lain tentu saja dinamika catur perpolitikan tetap saja bergulir dengan indahnya. Bahkan dengan politik yang lihai siap menenggelamkan siapa saja yang menghalangi suatu sistem yang ada, dalam dewasa ini orde baru di masa rezim Suharto sangat membawa perubahan yang sangat dinamis dan mengenaskan. Pada era Soekarno Indonesia sangat disegani di mata dunia, bahkan dengan kepiawian dan karismatik bung Karno harkat dan martabat Indonesia disaat disegani dunia.
Orientasi Bung Karno untuk membawa Indonesia menjadi negara yang maju dan berkembang tentu saja akan mendapat pertentangan dari negara-negara lain, diantaranya adalah Amerika dan juga Inggris. Dengan memanfaatkan segala cara, daari dua kubu negara tersebut mencoba mendekati Jenderal Soeharto. Kebetulan Jenderal Soeharto juga memiliki kekuasaan yang diberikan amanat oleh Soekarno sebagai panglima dalam pengamanan negeri Indonesia. Ketika Soeharto menjadi sudah berhasil menjadi panglima, Soeharto memanfaatkan jabatannya untuk meruntuhkan Presiden Soekarno dengan di dukungan penuh dari negara Amarika dan Inggris. Hal ini sangat miris ketika nuansa Indonesia yang berkilau harus disirami dengan api panas pembantaian.
Ketika munculnya surat sebelas Maret (SUPERSEMAR) yang dirasa saat ini masih simpangsiur kebenarannya, justru pada tempo dulu itu digunakan oleh Soeharto sebagai pedang untuk melengserkan presiden Soekarno. Sehingga dukungan dari negara-negara lain sangat banyak dan mendukung Soeharto, karena dengan bekerjasama dengan Indonesia negara-negara lain kan lebih mudah untuk menjajah Indonesia melalui kekayaan alamnya. LIhat saja emas yang bertaburan di Papua kemudian lahan hutan yang ada di Kalimantan, itulah yang menjadi indikator investor asing tergiur oleh kecantikan alam Indonesia. Lantas apa yang harus dilakukan oleh bangsa Indonesia hari ini? apakah hanya bisa menyalahkan keadaan tanpa adanya solusi yang jelas dan riil. Inilah hal yang dirasa sangat miris bagi negeri tercinta ini.
Ketika presiden Soekarno berhasil dilengserkan oleh Soeharto dan memasuki alam Orde Baru, membawa orientasi kesejahteraan yang tidak jelas. Banyaknya pembantaian yang tragis dan mengenaskan dalam Orde baru itu, ketika ada kelompok atau individu yang mencoba menentang masa pemerintahan Soeharto sudah pasti dia akan mati. Melihat realita itu, sebauh sistem kapitalis yang luar biasa mengahncurkan pemikir-pemikir Indonesia. Seiring perkembangan zaman yang serba modern, bangsa Indonesia mengembangkan sayap lewat pembangunan yang digagas oleh Presiden kedua Indonesia yakni Soeharto. Namun dalam segi pergolakan di Orde Baru membuat bangsa Indonesia ini kurang akan hak demokrasi. Ketika mengaca pada Orde Lama hak demokrasi pada era itu menjadi demokrasi terpimpin, namun berbeda lagi ketika kekuatan otoriter yang menjadi pemegang kendali. Demokrasi bagi rakyat sendiri sangat amat dibatasi.
Pada era Soeharto banyak sekali investor yang bebas untuk menanamkan saham ke Indonesia, itu sama halnya sebagai pasar bebas. Transaksi demi transaksi telah banyak dilakukan oleh bangsa asing, sehingga imbasnya rakyat Indonesia mencari nafkah dalam negeri namun sistem kekuasaan ada pada pihak asing. Hal ini sangat miris apabila mengaca pada sumber daya Indonesia yang begitu melimpah ruah namun belum bisa kita kelola sendiri. Kecenderungan seperti ini bisa kita lihat sampai hari ini, berapa ratus perusahaan asing yang menduduki sebagian besar wilayah kita. namun dari itu semua, perusahaan asing di Indonesia ini notabene pekerjanya adalah orang Indonesia sendiri dengan gaji yang amat rendah dari mereka, bahkan kerapkali ada unsur penyiksaan dari perusahaan asing tersebut. Memang tatanan Indonesia hari seringkali bergantung pada politik praktis yang tak unjung usai, namun semakin meningkat.
Kekejaman pasca rezim Orde Baru inilah  yang menyebabkan kapitalisme merajalela. Sayang sekali Indonesia hari ini masih belum bisa merdeka dari segi "ketergantungan." Inilah yang menjadi tugas kita untuk merubah sinergitas Indonesia menjadi lebih baik lagi ke depannya, sehingga anak cucu kita akan tetap terus bisa menikmati alam Indonesia seperti yang diimpikan oleh bangsa Indonesia ini.