on Jumat, 19 Desember 2014
Hidup diatas Persepsi Orang
Oleh : Khusnul Abid

Persepsi merupakan rangkaian tindakan untuk menyusun serta mengenali sistem informasi dengan kepekaan pola pikir. Itulah konsepsi dasar dari pada persepsi. Namun ketika berbicara masalah persepsi dapat dikategorikan dalam berbagai bentuk orientasi. Seringkali kita hidup diatas jajahan persepsi orang lain yang itu mengakibatkan kecenderungan pada tekanan mental. Tekanan mental inilah yang membuat diri ini tidak percaya diri ataupun konsisten. Untuk mengatasi hal itu perlu kiranya dibentuk klarifikasi terhadap peradaban persepsi ini, ketika dikorelasikan dengan komunikasi maka komunikasi tidak akan efektif kalau tidak adanya persamaan persepsi. Selain itu, jalinan persepsi ini mampu membentuk peristiwa yang terkadang berada diluar jangkauan manusia. Kita menilai seseorang baik atau tidaknya itu bermula pada pola persepsi, sehingga pola persepsi yang benar dan baik sangat perlu untuk disusun dan dirangaki sehingga akan bermuara pada dinamika kebaikan.
Persepsi sangat memengaruhi pola pikir manusia, bahkan persepsi merupakan senjata tajam yang mampu melukai siapa saja. Itu artinya peran persepsi menjadi peran sentral dalam menentukan pola kesadaran diri baik dalam tingkah laku maupun cara pandang. Ketika orang lain beranggapan diri kita ini buruk maka apa yang harus kita lakukan? Tentu saja langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengenali diri kita sendiri. Apakah memahami diri sendiri itu salah, tentu saja tidak. karena dengan memahami diri sendiri kita akan lebih mudah memahami karakter diri kita sendiri.

19/12/14

Hedonisme

on Jumat, 13 Juni 2014


Mahasiswa yang terbawa Arus Hedonisme Mahasiswa. Hedonisme merupakan pandangan yg menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup. Hal ini sangat berbahaya, ketika sudah meracuni pola fikir mahasiswa. Kecenderungan mahasiswa hedonisme adalah seringkali terpengaruh oleh gaya hidup lingkungan. Sehingga terjadilah sebuah gaya hidup yang hedonisme. Coba kita renungkan sejenak bahwasannya tujuan utama seorang mahasiswa kuliah adalah ingin menuntut ilmu dan mempunyai wawasan tinggi sehingga nantinya dapat di aplikasikan kepada khalayak luas.  
Salah satu penyakit mahasiswa hari ini adalah tumbuhnya penyakit hedonisme bagi sebagian
Secara prinsip, menjadi mahasiswa jangan sampai “Miskin Wacana.” Ketika mahasiswa sudah miskin wacana, itu sama halnya dengan hilangnya jati diri seorang mahasiswa. Logika sederhannya adalah mahasiswa menjadi agen perubahan. Namun perubahan apa yang akan dilakukan oleh seorang mahasiswa ketika tidak punya wawasan, gagasan, maupun ide-ide baru. Hal ini sangat ironi karena itu harga diri seorang mahasiswa. Sehingga acap kali mahasiswa hedonisme kurang memiliki idealisme ke arah yang lebih progres.
Arus hedonisme bisa kita cegah sejak dini. Banyak cara ataupun jalan untuk menjauhinya, diantaranya adalah kurangi gaya hidup yang berlebihan karena Tuhan pun tidak suka kalau hambanya itu berlebih-lebihan. Yang kedua adalah hati-hati dengan pergaulan, karena itu berdampak pada gaya hidup kita kedepannya. Hedonisme merupakan sebuah kesenangan sementara yang didapat karena itu merupakan bayangan fatamorgana yang membuat seseorang terlena. Pada hakikatnya, wujud dari pada hedonisme adalah perwujudan “nafsu.” Jati diri mahasiswa adalah menjadi kaum intelek, kaum yang berpandangan luas serta visioner dan ini harus kita pegang teguh selagi masih menjabat sebagai mahasiswa.
Gaya hidup hedonisme menyebabkan seseorang menjadi egois, menganggap segala sesuatu semata-mata urusan pribadi sebagai hak asasi. Sehingga mereka tidak akan mempedulikan bagaimana pendapat orang lain tentang apa yang ia lakukan. Mereka akan selalu acuh tak acuh tentang penilaian gaya hidup nya yang di nilai seseorang itu baik ataupun tidak. Mereka beranggapan bahwa hak asasi pribadi mereka tidak bisa di langgar oleh siapapun. Tak perduli orang lain akan tergiur ataupun tersinggung. Oleh karena itulah hedonisme membuat seseorang menjadi tidak memiliki hati nurani.

Dinamika kehidupan globalisasi saat ini, banyak orang yang mempunyai gaya hidup hedonisme, karena pada masa saat ini banyak sekali media-media yang menawarkan suatu kesenangan-kesenangan hidup dengan gaya modern, konsumtif, dan jet-set (mewah). Oleh karena itu pada saat ini banyak orang yang mempunyai pemikiran-pemikiran gaya hidup yang dituntut dan dikejar sebagai pelaku kehidupan modern adalah kehidupan yang bebas tanpa batas, baik batas etika kesopanan, moral maupun akhlaq. Hal ini juga di latarbelakangi dari ketatnya dunia kompetisi, khususnya di bidang ekonomi dan prinsip-prinsip pemenuhan kebutuhan serta keinginan manusia. Sehingga banyak orang yang mempunyai gaya hidup hedonisme tidak peka terhadap keadaan sekitarnya, mereka selalu melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan mereka,tidak memperdulikan orang lain atau bisa dikatakan bahwa mereka melakukan sesuatu seenaknya sendiri.

Mari sejenak kita refleksikan diri kita untuk berpikir jernih dan runtut dalam tindakan. Paradigma yang kita bangun hari ini sangat menentukan kualitas diri kita kedepan. Apalagi di Kota Malang merupakan kota pendidikan, kota yang memiliki banyak perguruan tinggi. Sehingga peran mahasiswa sangat penting bagi generasi Indonesia kedepan. Sekarang pertanyaan mendasarnya adalah kita pilih yang mana? Menjadi mahasiswa yang hedonism ataukah menjadi mahasiswa yang berpikir secara idealis. Artinya mahasiswa harus mempunyai idealisme yang kuat, agar nantinya reputasi mahasiswa tidak mudah terkalahkan oleh serangan yang bias menumpulkan sikap ideal seorang mahasiswa. Realita hari ini, banyak sekali mahasiswa yang terjun ke dalam politik praktis, artinya seringkali mahasiswa dijadikan instrumen untuk kepentingan kaum politik. Kerapkali ketika ada isu yang lagi hangat diperbincangankan kemudian ada sebagian mahasiswa yang dimanfaatkan untuk menjadi pendorong yang intinya untuk menjatuhkan musuh politik. Dengan diiming-imingi pundi uang, maka gerget mahasiswa dalam orasinya sangat berapi-api dan ini harus dijauhi untuk menghindarkan pemikiran pragmatis.
Lantas sikap ideal mahasiswa harus seperti apa? Sikap ideal bagi mahasiswa harus mencerminkan sikap independensi yang kuat, sikap idealisme yang memberikan kontribusi untuk orang banyak bukan untuk pribadinya sendiri. Belajar dan terus belajar adalah langkah konkret untuk mengasah kemampuan dan wawasan bagi seorang mahasiswa, karena basis mahasiswa adalah kaum intelek muda. Mahasiswa adalah kaum penggerak generasi muda, tanpa mahasiswa bangsa ini tidak akan mampu bergerak maju. Karena bibit mudanya ada pada peran mahasiswa, entah disadari atau tidak, bahwa ketika kita kuliah di perguruan tinggi manapun kalau tidak punya ide dan gagasan itu sama dengan mahasiswa “palsu” yang tanpa identitas yang jelas. Mahasiswa yang cerdas adalah mahasiswa yang mempunyai gerakan perubahan untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.









on Selasa, 27 Mei 2014
IDENTIFIKASI KESALAHAN

Dalam perencanaan hidup ini pasti ada namanya konsekuensi. Artinya ada akibat yang ditimbulkan, misalnya orang yang mencuri barang milik orang lain, maka konsekuensinya adalah harus dihukum. Begitu pula rupa kehidupan ini yang semakim memanas.Pilihan untuk keberhasilan seseorang itu bermula dari pilihan hidupnya. Akan tetapi wujud dari pilihan ini yang menentukan sukses atau tidaknya keberhasilannya. Mengaca pada pelbagai perspektif, acap kali sebuah kesalan dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan. Namun sesungguhnya memang demikian.

Dari berbagai pengalaman yang saya alami, hal terbesar yang menjadi musuh terbesar adalah diri saya sendiri, yakni "rasa malas." Poin ini yang menjadi masalah terberat. Alhasil banyak waktu yang terbuang percuma.
on Senin, 05 Mei 2014
Bangkitkan Kesadaran NKRI
By : Khusnul Abid
Science Communication

Imperialisme  yang dulu menjajah Indonesia merupakan hasil karya dari pada Belanda. Kendati demikian rakyat Indonesia bersimbah darah guna memperjuangkan tekat yang kuat untuk memertahankan Negara Indonesia tercinta ini. Alhasil berkat rahmat Allah negara Indonesia mampu berdiri kokoh yang dipelopori oleh Ir. Soekarno. Dalam hati sanubari rakyat Indonesia pada saat itu memang Soekarno menjelma menjadi sesosok manusia revolusi peradaban. Singkatnya, Soekarno pada era itu menjadi api pembakar semangat rakyat Indonesia untuk terus berjuang guna meraih kemerdekaan. Hal inilah yang menjadi cita-cita rakyat Indonesia sebelum Orde Lama tersebut.
Ketika tanggal 17 Agustus 1945 merupakan bukti sejarah bahwa Indonesia mampu mengambil alih kekuasaannya dibawah tekanan Jepang pada saat itu. Perlu kiranya kita merefleksikan kembali nilai-nilai sejarah yang terkandung dalam bingkai sejarah Indonesia. Dewasa ini mencoba mempertanyakan seberapa pentingkah makna dan nilai sejarah itu. Pada dasarnya dengan adanya sejarah, maka ilmu pengetahuan yang akan kita peroleh juga semakin banyak pula. Kiasan-kiasan yang terkandung di dalamnya memberikan arti tentang hidup ini. Faktanya, banyak orang berdalih bahwa mempelajari sejarah hanyalah omong kosong. Namun sekali lagi, jangan pernah lupakan sejarah itu sendiri.
Dalam konteks hari ini, ketika dikorelasikan dengan punggawa bangsa dalam hal ini adalah “mahasiswa” maka manuver mahasiswa menjadi peran central. Artinya ketika mahasiswa yang ada diseluruh penjuru Indonesia ini, ketika tidak mampu menampung sumber sejarah bangsanya, maka sepintar apapun dia, sama saja dengan tong kosong. Dunia hedonisme menjadi selimut tebal bagi mahasiswa. Hedonisme yang bermula dari modernisasi bahkan globalisasi menjadi pemicu autism masyarakat hari ini. Banyak pasar swalayan yang bertingkat dan tidak sedikit pula pasar tradisional yang digusur.
Apakah ini merupakan wujud dari pada cita-cita Indonesia? Tentu saja tidak. Sang Proklamator kita Ir. Soekarno menegaskan bahwa rakyat Indonesia diajarkan untuk mandiri dan juga berdikari, berdiri di atas kaki sendiri. Jangan hanya berpangku tangan melainkan kerja keras yang menjadi modal dasar dalam kehidupan ini. Subjektifitas pemerintah hari ini menjadikan rakyat kecil menjadi imbas kapitalis. Kapitalis yang tersenyum ceria menikmati hasil luka dari banyaknya buruh. Sehingga momentum 1 Mei memberikan makna tersendiri bagi kaum buruh dan juga kaum kapitalis.
Barometer perpolitikan hari ini sangat tidak prinsipil. Lebih dominan pada unsure kepentingan, karena orang pada zaman sekarang haus akan kekuasaan, bukan haus akan keadilan. Nah, dari berbagai perspektif inilah pastinya banyak mengundang argumentasi secara verbal maupun nonverbal. Agar tidak banyak teori, marilah kita sebagai warga negara Indonesia menjaga kesatuan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan sangat bertanggung jawab. Inti dari pada kesuksesan bangsa Indonesia terletak pada generasi dan ajaran bangsa itu sendiri. 
on Jumat, 18 April 2014
Sukses itu butuh Kerja Keras
Oleh : Khusnul Abid

kehidupan manusia itu pada dasarnya sangat mulia. Oleh karenanya dibutuhkan gaya hidup yang optimal guna mewujudkan daya cipta manusianya. Kerja keras adalah salah satu modal untuk melancarkan kesuksesan nyata yang dibangun atas dasar kesadaran. Sebuah usaha yang dibungkus dengan kerja keras adalah upaya manusia yang sangat baik, apalagi hal itu dilakukan dengan penuh tanggungjawab.
Sejak kecil manusia memiliki memang sudah diciptakan untuk berusaha dan terus berusaha. Lihat saja contohnya, yaitu bayi. Bayi mulai dari kecil sudah mendapat pelatihan khusus dari orang tua atau orang disekelilingnya. Mulai belajar tersenyum, menangis, bahkan manja. dari sisi inilah mulai yang namanya peradaban pekerja keras dari sudut pandang manusia. Konsekuensi logis yang harus diterima ketika bekerja keras adalah tentunya akan banyak sekali segala godaan dan rintangan yang menggoda.
dengan demikian dapat dipastikan bahwa mencapai titik kesuksesan bisa seperti halnya membalikkan telapak tangan atau juga seperti membalikkan gunung sekalipun. Tetapi sejatinya realita hari ini banyak sekali anyaman kegagalan yang kerap dicapai manusia menuju titik keberhasilannya. Padahal ketika orang sudah menyerah dengan usaha yang dilakukannya, belum tentu usaha selanjutnya gagal pula. Terkadang usaha selanjutnya malah akan lebih berhasil.

on Selasa, 08 April 2014
 



 By : Khusnul Abid
Science Communication


"Hidup Bukanlah Rekayasa"
Hirup pikuk arah kehidupan manusia ini bergantung pada dinamika kehidupannya. Di dalam menentukan arah dan jalur pikiran tersebut dibutuhkan sebuah pemikiran yang tandas dan jelas, sehingga hidup ini bukan berorientasi pada rekayasa hedonisme semata. Multikulturalisme sebagai bahan rujukan manusia itu sendiri. Mulai dari banyaknya potensi budaya, tradisi, agama yang terkemas dalam Bhineka Tunggal Ika Indonesia.
Berbangga pada diri dan juga pada bangsa, itu merupakan bentuk peduli kita terhadap hidup ini. Selain itu, komponen-komponen diri yang tercipta dalam bentuk kepribadian patut kiranya menjadi insan yang berbudi luhur, insan yang mempunyai prinsip kuat yang menjalar dalam kehidupan sehari-harinya. Hidup ini bukanlah rekayasa yang dikonsep oleh Tuhan, namun hidup ini memberikan arti bagaimana seorang makhluk kenal dan tahu siapa Tuhannya.
Hal-hal yang bersifat tabu pada hari ini adalah banyak orang yang menganggap hidup hanya sebuah permainan, apalagi hidup dijadikan sebagai sebuah sandiwara belaka. Di dalam alam liberalisme manusia memposisikan dirinya sebagai makhluk yang kuat, hebat, dan juga paling cerdas. Secara alamiah memang benar demikian. Akan tetapi sifat-sifat manusia juga bisa lebih nista seperti halnya "hewan" yang tak berpendidikan.
Di dalam tulisan ini, penulis mencoba membuat spektrum yang berupa gagasan, agar nantinya solidaritas  antar sesama manusia bisa tetap saling terjaga. Begitu pula hubungan manusia dengan Tuhannya agar lebih harmonis.